halo halo halo

Senin, 04 April 2011

Ekologi Laut Tropis



A Evolusi
            Evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik.
1)      Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang.
2)      hanyutan genetik (Bahasa Inggris: Genetic Drift) merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
            Terumbu karang adalah suatu ekosistem laut yang sangat unik, mereka  telah terwujud sejak berjuta-juta tahun yang lalu, kebanyakan mereka telah terbentuk sejak 25 juta tahun yang lalu. Ada dua tokoh yang terkenal yang mengemukakan pendapatnya mengenai evolusi terumbu karang ini, yaitu Darwin dan daly.
            Menurut Darwin evolusi terumbu karang dipengaruhi gerakan tektonik bumi. Tahapan evolusinya sendiri dimulai dari fringing reefs, kemudian barier reefs, hingga menjadi karang atol. Ketika terjadi pergerakan vulkanik, pulau lambat laun akan tenggelam dan disaat yang bersamaan fringing reefs akan tumbuh d sekitar tepi pantai. Ketika proses vulkanik tersebut terus berlanjut dan pulau makin tenggelam, maka substrat tempat tumbuhnya fringing reefs tersebut ikut tenggelam maka akan berubah menjadi barier reefs. Ketika semua pulau tenggelam sepenuhnya, barier reefs tetap tumbuh dibagian tepid an bagian tengah yang terisi air laut akan tumbuh laguna serta karang atol disekitarnya.
            Sedangkan menurut daly, evolusi terumbu karang disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut yang disebabkan oleh pergerakan bumi yang semakin dekat dengan matahari dan iklim makin menghangat. Dimulai dengan tumbuhnya karang tepi, kemudian pertumbuhan karang yang dipengaruhi oleh keadaan optimum dan kedalaman, maka dia akan berusaha hidup hingga terbentuknya barier reefs. Proses tenggelamnya pulau secara utuh akan dibarengi perubahan barier reefs menjadi karang atol.
            Jadi pada intinya, perubahan terumubu karang dimulai dari karang tepi, barier karang, hingga karang atol mengiringi proses tenggelamnya pulau. Perubahan itu karena proses mempertahankan pertumbuhannya agar tetap pada keadaan optimum dan kedalaman yang sesuai.
            Terumbu karang pantai(Fringing reefs) tumbuh disepanjang pantai dan tidak melebihi kedalaman 40 meter.pertumbuhan terbaiknya adalah pada daerah yang mengalami pukulan ombak. Terumbu karang penghalang(barier reefs) adalah terumbu karang yang hidup jauh dari pantai dan dipisahkan oleh laguna, hidup pada kedalaman 40-70 meter. Terumbu karang atol adalah yang berbentuk cincin mengitari laguna yang dalamnya 40-100 meter.

B. Suksesi Primer dan Suksesi Sekuder
            Suksesi adalah proses terbentuknya komunitas di suatu areal tertentu yang terbentuk dalam jangka waktu yang sangat lama. Suksesi dapat terjadi terulang sampai muncul variasi organisme yang besar. Proses suksesi sendiri ada dua jenis yaitu: suksesi primer dan suksesi sekunder.
            Suksesi Primer, yaitu proses pembentukan komunitas yang menempati suatu areal yang benar-benar belum ada kehidupan sebelumnya. Atau terbentuknya komunitas baru pada suatu areal yang berbeda dengan komunitas sebelumnya karena hancur total. Proses suksesi primer ini biasanya berlangsung sangat lama. contohnya terumbu karang yang muncul keluar dari air akibat gempa bumi yang terjadi di dasar lautan.
            Suksesi Sekunder, yaitu pembentukan komunitas di suatu areal yang sebelumnya hancur akibat faktor tertentu yang menyisakan substrat lama dan kehidupan masih ada. Substrat lama tersebut itulah yang akan menjadi cikal bakal komunitas baru. Contohnya seperti akibat gelombang laut menghancurkan terumbu karang yang lunak dan berukuran kecil.
Proses suksesi akan berakhir jika daerah telah mencapai keadaan yang stabil serta klimaks. Tahapan Prosesnya adalah:
1)      Perkembangan komunitas yang melibatkan perubahan struktur spesies dan proses-proses dalam komunitas yang terkait dengan waktu dan arah perkembangan.
2)      Modifikasi lingkungan fisik, pengaturan komunitas dan penentuan pola kecepatan perubahan serta membatasi sampai di mana komunitas tersebut dapat berkembang.
3)      Akhirnya sampai pada puncak ekosistem di mana biomassa maksimum dan fungsi simbiose dapat dipertahankan.
Faktor yang mempengaruhi proses suksesi yaitu:
1)      Luasnya habitat asal yang mengalami kerusakan.
2)      Jenis-jenis yang tumbuh di sekitar ekosistem terganggu.
3)      Kecepatan pemencaran biji atau benih dalam ekosistem tersebut.
4)      Iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang membawa biji, spora. dan benih lain
5)      Curah hujan yang sangat berpengaruh dalam proses perkecambahan.
6)      Jenis substrat baru yang terbentuk.
            Organisme yang pertama kali hidup pada daerah yang mengalami suksesi disebut pioneer. Organisme ini haruslah yang memiliki tingkat toleransi hidup yang tinggi seperti pada faktor lingkunagn ekstrim. Salah satu contohnya adalah organism protozoa yang pertama tumbuh dalam bentuk spora

C. Faktor Pembatas
            Faktor pembatas adalah faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat produktivitas atau perkembangan kehidupan suatu organism. Jika salah satu faktor tidak seimbang atau tidak ideal dengan faktor lainnya maka akan terjadi kesimpangan dalam kehidupan organisme tersebut. Kesimpangan tersebut bisa dalam bentuk penurunan produktivitas atau kualitas organisme, atau bisa sampai mematikannya.
a.       Suhu
            Suhu mempengaruhi kecepatan metabolisme seperti tingkah laku makan, reproduksi, dan perombakan bentuk luar dari karang itu sendiri. Terumbu karang dapat hidup pada suhu optimum yaitu pada 25°C-30°C.
            Perubahan suhu minimum(dibawah 16°C) dan maksimum(diatas 35°C) dapat menyebabkan kemampuan menangkap makanan. Seperti perubahan suhu minimum dapat menghambat pertumbuhan karang, perubahan suhu maksimum dapat menyebabkan gejala pemutihan(bleaching) yaitu keluarnya zoxanthellae dari polip dan selanjutnya dapat mematikan. selain itu perubahan secara mendadak (4°C-6°C) dapat mengurangi pertumbuhan karang bahkan mematikannya.
            Jadi, perubahan minimum dan maksimum atau perubahan mendadak suhu dapat menghambat pertumbuhan karang hingga dapat mematikannya.    
b.      Salinitas
            Daya toleransi tiap karang berbeda-beda tergantung keadaan lingkungan setempat. Karang hermatipik dapat hidup pada salinitas 32%-35%, binatang karang dapat hidup pada 34%-36%. Namun disisi lain terumbu karang juga dapat hidup pada salinitas tinggi seperti di teluk Persia yang memiliki salinitas 42%.
c.       Cahaya dan kedalaman
            Faktor ini mempengaruhi proses fotosintesis zoxanthellae untuk menyediakan oksigen untuk biota, juga mempengaruhi pembentukan kalsium karbon guna untuk pembentukan terumbu karang itu sendiri.
            Karang hernatipik dapat hidup pada kedalaman 50-70meter, sedangkan karang pada umumnya hidup di 25 meter. Terumbu karang dapat berkembang dengan baik pada intensitas cahaya 15%-20% dari permukaan.
d.      Paparan udara (Aerial Exposure)
            Paparan udara yang terbuka sebagai faktor pembatas karena dapat mematikan jaringan hidup dan alga yang bersimbiosis didalamnya.
e.       Gelombang
            Umumnya Terumbu karang dapat berkembang pada daerah yang bergelombang besar, karena dapat memberikan pasokan air segar, oksigen, plankton yang baru untuk koloni karang, juga dapat membantu menghalangi terjadinya pengendapan pada koloni atau polip karang tersebut. Namun gelombang yang kuat seperti halnya tsunami dapat merusak struktur terumbu karang.
f.       Arus
            Pada umumnya terumbu karang lebih berkembang pada daerah yang berarus dibanding pada daerah yang tenang. arus memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap pertumbuhan terumbu karang. Bisa berpengaruh positif jika arus membawa nutrient dan bahan-bahan organik yang bermanfaat untuk pertumbuhan zoxanthellae, namun disisi lain pengaruh negatif dari arus itu adalah jika mengakibatkan sedimentasi diperairan terumbu karang.
g.      Sedimentasi
            Jika terjadi sedimentasi pada daerah pertumbuhan terumbu karang, dan ukuran sedimen itu besar maka dapat mengakibatkan penutupan pada polip karang, hingga dapat mematikan pertumbuhan terumbu karang. Secara tidak langsung sedimentasi ini dapat mengurangi penetrasi cahaya.
h.      Kecerahan
            Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menjadi penunjuk kemampuan cahaya untuk menembus perairan tersebut. Pada perairan yang memiliki tingkat kecerahan tinggi dapat memicu produktivitas perairan yang tinggi pula.
i.        Oksigen terlarut
merupakan salah satu faktor yang penting dalam kehidupan organisme untuk proses respirasi. Oksigen terlarut dalam air umumnya dari difusi oksigen, arus atau aliran air melalui air hujan dan fotosintesis. Kadar
Oksigen terlarut dalam air umumnya dari difusi oksigen, arus atau aliran air melalui air hujan dan fotosintesis. Kadar oksigen terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer.
j.        Substrat
            Substrat yang keras dan bersih dari lumpur diperlukan untuk perlekatan larva karang (planula) yang akan membentuk koloni baru. Substrat keras ini berupa benda padat yang ada di dasar laut, misalnya batu, cangkang mollusca, potongan kayu bahkan besi yang terbenam.

            Selain itu Energi, habitat, relung, serta Adaptasi dapat dilihat di blog berikut:


F



Senin, 21 Maret 2011

Laporan Praktikum Farmakologi Laut


Judul
Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Bahan Alam

Tujuan
Membuat simplisia dan ekstrak mangrove

Teori
            Simplisia  adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat yang belum mengalami apapun juga. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia mineral.
            Hutan mangrove adalah suatu komunitas tanaman yang hidup di daerah tropis dan sub tropis pinggir pantai. Terdiri dari lebih kurang 30 famili dan lebih dari 100 spesies yang berupa pohon atau semak belukar (Nybakken, 1993). Lebih kurang 60-75 % garis pantai di daerah tropis ditumbuhi oleh hutan mangrove. Jenis yang sering ditemukan di Indonesia dan merupakan ciri-ciri utama dari hutan mangrove adalah genus Avicennia, Sonneratia, Ceriops, Brugueira, dan beberapa spesies dari genera Rhizophora (Nobbs, and McGuinness, 1999).
            Mangrove memiliki fungsi sebagai antibiotik. Salah satu contohnya hasil ekstraksi mangrove adalah sebagai bahan bioaktif antibakteri patogen terhadap udang tambak,
Pada ekstraksi daun mangrove melalui proses seperti :
Pencucian
            bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian dapat dilakukan dengan cara:
perendaman bertingkat, penyemprotan,penyikatan.
penirisan / pengeringan
            Setelah pencucian selesai, kemudian dilakukan penirisan di rak-rak pengering.
Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya.
Pengeringan
            Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat terhambat.
Alat dan Bahan
Alat:

1.      Batang pengaduk
2.      Neraca analitis
3.      Gelas ukur
4.      Erlenmeyer
5.      Pipet tetes
6.      Evaporator
7.      Corong saring
8.      Kertas saring
Bahan
1.methanol
2. sampel (mangrove)
Prosedur
1)      Sampel seberat 100 gram ditimbang
2)      sampel dicuci dengan air keran sampai bersih
3)      sampel dikeringkan dengan cara diangin-angin
4)      sampel dirajang atau dicacah dengan menggunakan pisau atau blender
5)      dimasukan  kedalam Erlenmeyer
6)      methanol dimasukan sampai terendam, lalu menutup Erlenmeyer
7)      direndam hingga 24 jam
8)      disaring dan diganti dengam methanol baru diaduk sekali-kali
9)      diuapkan cairan hasil rendaman menggunakan evaporator

Hasil dan Pembahasan
Penimbangan
            pada saat penimbangan sampel, menggunakan neraca analitik. sampel yang ditimbang adalah 5 gram tepatnya 5,031 gram. Kemudian menyiapkan methanol yang berwarna bening sebagai pelarut sebanyak 20 ml, tujuannya agar sampel terendam dengan baik
Pengamatan
            Setelah 24 jam mengalami perendaman, ternyata campuran methanol dan sampel berubah menjadi kehijauan. Hal ini dikarenakan berasal dari klorofil daun mangrove (sampel) terabsorpsi, sehingga methanol sebagai pelarut yang tadinya berwarna bening berubah warna.
            Pada saat penyaringan, makin terlihat warna ekstrak adalah hijau pekat. Selain itu juga menimbulkan bau yang menyengat. Kemudian dibagian bawah ekstrak hasil saringan masih ada endapan.
            Pada saat penyaringan, dihasilkan ekstrak sebanyak 13,5 ml. berarti ada pengurangan 6,5 ml dari jumlah awal. Hal ini dikarenakan pada saat penyerapan antara methanol dan sampel begitu terikat, sehingga pada saat penyaringan agak sedikit sulit sehingga banyak ekstrak yang masih terkandung di ampas sampel. Kemungkinan lain adalah kesalahan pengukuran awal methanol yang mengakibatkan selisih methanol awal dan ekstrak sedikit besar. Kesalahan pengukuran ini, bisa berasal dari keakuratan alat atau ketidaktelitian praktikan.

Kesimpulan
            Ekstrak mangrove ini jika diolah dengan baik dan benar bisa digunakan menjadi antibiotik. Salah satu contohnya adalah sebagai bahan aktif antibakteri patogen terhadap udang tambak.
            Praktikum ini menggunakan sampel daun mangrove sebanyak 5 gram dan methanol berwarna bening 20 ml, bertujuan agar sampel dapat terendam dengan baik.
            Eekstrak yang dihasilkan berwarna hijau pekat (berasal dari klorofil mangrove yang terabsorpsi), juga menimbulkan bau yang menyengat. Ekstrak yang dihasilkan adalah 13,5 ml, mengalami pengurangan 6,5 ml dari jumlah awal. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor.


Daftar Pustaka